10 Maret 2009

Technical Transfer Office (TTO)

Oleh ITB77

Kristina Tambunan:
Selamat kepada rekan-rekan dosen ITB ...., masing-masing tentu luar biasa karena menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Mudah-mudahan akan terus berkarya di bidangnya masing-masing.

Selamat dan terima kasih juga untuk Hengki, yang telah memicu pertemuan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Pertanyaan Hengki memang sangat menggelitik. Dengan networking terhadap banyak rekan ITB 77 dengan berbagai bidang keahlian yang ada, tentu ada sesuatu yang seharusnya bisa dilakukan.

Kalau di MIT dan banyak perguruan tinggi Barat, setahu saya ada yang namanya TTO (Technology Transfer Office), yang menjembatani antara riset-riset yang diadakan perguruan tinggi dengan dunia bisnis, sehingga riset yang dihasilkan perguruan tinggi dapat langsung dikomersialisasi (melalui a.l. proyek-proyek inkubator, misalnya).

CEO TTO ini biasanya gabungan antara orang perguruan tinggi dan pebisnis andal. Saya kurang tahu apakah di ITB sudah ada lembaga yang perannya demikian. Saya rasa disinilah rekan Hengki (dan rekan-rekan lain) bisa banyak berperan, membantu menghubungkan ITB dengan portofolio keahliannya dan dunia bisnis.


Triharyo Soesilo:
Terima kasih sekali atas ide Technical Transfer Office (TTO) ini. Saya browse ke semua universitas di dunia, umumnya mereka mempunyai kantor TTO ini. Namanya pun sama yaitu semuanya TTO atau TLO (Technical Licensing Office).

Ternyata ciri-ciri sebuah negara maju, selalu ada TTO di universitas-universitasnya. Mungkin ide ini pulalah yang mendasari Pak Habibie bikin BPPT ataupun para pimpinan ITB bikin PT LAPI atau LPPM (...ini mungkin, lho).

Tulisan Pitit di atas juga betul, tentang pengelola kantor TTO atau TLO tersebut, rupanya terdiri dari gabungan pebisnis dan peneliti.

Saya sempat download beberapa annual report dari TTO berbagai universitas (contohnya University of Colorado). Mereka menjalankan kantornya ini seperti layaknya sebuah perusahaan terbuka (tbk) dengan target tahunan dan juga target pertumbuhan. Juga direksinya terdiri dari para pebisnis yang berpengalaman.

Saya jadi teringat tentang keberanian ”Research to Industry” yang dilakukan ITB-77 yaitu proses pembuatan Biodiesel oleh PT Ganesha Energy. Perusahaan ini tidak akan bisa berjalan dengan baik bila tidak ditangani oleh Achmad Setiadi (Dicky), seorang pebisnis tulen.

Saya juga teringat BPPT menjadi besar dan dekat ke Industri karena dipimpin oleh Pak Habibie yang notabene pernah jadi Vice President MBB. Jadi intinya memang harus ada kerja sama antara pebisnis dan peneliti.

Saya sedang mikir-mikir apakah komunitas ITB-77 bisa mengembangkan Technical Transfer Office (TTO) khusus untuk keluarga besar ITB-77 saja dulu.

Dari waktu ke waktu, kalau ada ”champion”-nya, sebuah ide yang baik biasanya bisa jalan di ITB-77.

Yayasan Bhakti Ganesha, ada Nurudin, Djasli dan Khrisna, syukur alhamdulilah terus memberikan beasiswa ke mahasiswa ITB setiap semester sejak 2002, dengan sisa dana masih sekitar Rp 400 juta lebih.

PT Ganesha Energy, ada Dicky, Lisminto, Nanang, Eddy Entum, Dewo dll, bisa terus berjalan dan mulai membaik.

Start-up companies mulai tumbuh untuk adik-adik kita, dan terus dibina dalam wadah Ganesha Entrepreneur Club oleh Amar Rasyad.

Saat ini kelompok baru yang mulai terbentuk adalah ”ITB-77 Generasi Kedua” yang merupakan gabungan putra-putri ITB-77 dan para penerima beasiswa YBG. Mudah-mudahan rekan Herry Saptanto berkenan untuk membimbing adik-adik kita ini.

Siapa tahu ada yang berminat untuk menangani dan menjadi ”champion” pembentukan Technical Transfer Office (TTO) ini. Ide yang dilontarkan Pitit ini agak unik dan belum ada organisasi alumni di Indonesia yang pernah mencobanya.

Siapa tahu kita bisa membuat sejarah baru, mirip seperti menulis buku tentang sebuah angkatan, yang tersimpan di internet dan terus menerus dibaca oleh puluhan pengunjung setiap harinya.

Saya juga mengomunikasikan tulisan ini ke Dr Soemantri Widagdo (TK-76). Dia adalah salah seorang pimpinan di 3M USA yang menangani bidang inovasi produk.

Sebagaimana diketahui, 3M adalah sebuah perusahaan yang hidup ”hanya” dari inovasi. Setiap tahun-nya, Soemantri-lah yang menyeleksi ratusan hasil penelitian di 3M yang layak untuk dikembangkan.

Dia ingin sekali pulang ke Indonesia dan menerapkan ilmu dan pengalamannya di 3M untuk bangsa ini. Mungkin akan aku rayu untuk gabung di TTO ini.


Anto Sarosa:
Saya sangat mendukung ide Techno Transfer Office (TTO) yang diusulkan oleh Pitit dan di-endorsed oleh Hengki.

Saya kutip pernyataan Pitit berikut ini:

Dengan networking terhadap banyak rekan ITB 77 dengan berbagai bidang keahlian yang ada, tentu ada sesuatu yang seharusnya bisa dilakukan. Kalau di MIT dan banyak perguruan tinggi Barat, setahu saya ada yang namanya TTO (Technology Transfer Office), yang menjembatani antara riset-riset yang diadakan perguruan tinggi dengan dunia bisnis, sehingga riset yang dihasilkan perguruan tinggi dapat langsung dikomersialisasi (melalui a.l. proyek-proyek inkubator, misalnya).
Ada 2 (dua) hal dari pernyataan Pitit di atas yang bisa saya garis bawahi, yaitu:
  • Networking
  • Menjembatani antara riset-riset dengan dunia usaha/industri
ITB77 sangat practical dan realistis untuk membentuk TTO karena kedua poin di atas dapat dipenuhi/dilakukan.

Dalam pekerjaan sehari-hari, saya punya kemiripan tugas dengan kedua poin di atas (dengan ruang lingkup yang lebih kecil tentunya), yaitu menjembatani antara bagian-bagian R&D/Manajemen Produk dengan para Sales/Customer, sehingga mungkin bisa memberikan gambaran sedikit tentang pekerjaan sebagai “jembatan” ini. Pada intinya tugasnya adalah:
  • Sebagai konsultan, mencari solusi antara keinginan customer, dengan produk-produk (dan jasa) yang layak dikembangkan (layak teknis dan layak bisnis) – Match & Fit

  • Menjaga keseimbangan antara feature capability (kemampuan teknis) yang berasosiasi terhadap biaya, dengan harga jual yang dipengaruhi juga oleh daya saing – Profitability

  • Membuat analisa business case and feasibility – Assessment

  • Mengamati perkembangan teknologi dan menginformasikan kepada customer – Update & Improvement

  • Me-maintain produk yang ada pada customer agar selalu up-to-date dengan teknologi (bila dikehendaki) – Customer Satisfaction
Sebagai Ganesha Tekno Transfer (GTT) mungkin ada beberapa poin lain yang bisa ditambahkan:
  • Solusi permasalahan nyata yang dihadapi oleh perusahaan/dunia bisnis/masyarakat, dengan menjembatani pada keahlian di dalam ITB (77).

  • TTO bisa menjadi tempat bagi para anggota ITB77 yang punya banyak pengalaman dan keahlian kemudian men-transfernya menjadi karya nyata.

  • Bila diperlukan bisa memprakarsai proyek incubator (Pilot).
Selamat membentuk GTT !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru di Blog Ini