24 Maret 2009

Krisis Akhlak Merupakan Penyebab Krisis Global Saat Ini

Oleh Dana Pamilih

Sebuah artikel di Far Eastern Economic Review pernah membahas bahwa krisis akhlaklah yang merupakan penyebab krisis global saat ini.

Anatomi krismon (krisis moneter) itu selalu sama: overleverage dan lack of transparency.

Krismon tahun 1998 di Indonesia juga sama anatominya. Ingat bahwa waktu itu sistem perbankan kita mencatat lebih banyak besaran pinjaman daripada deposito. Istilah perbankannya: Loan-to-deposit ratio lebih besar dari 100%. Lack of transparency ialah istilah keren dari pinjaman bodong.

Subprime merupakan pinjaman bodong, dan overleverage dihasilkan oleh posisi instrumen derivatif yang excessive (berlebihan). Posisi instrumen derivatif itu begitu besar dan kusut sehingga diejek sebagai UFO, unidentified financial obligation.

Soal krisis akhlak, saya teringat pengusaha kaliber atas yang karakternya luar biasa yaitu Pak Soedarpo Sastrosatomo almarhum. Ia pernah berkomentar: krisis keuangan adalah akibat krisis akhlak.

Ciri-ciri krisis akhlak dalam masyarakat ialah terbentuknya kelas yang privileged yang kerjanya hampir tidak ada tapi sangat tinggi taraf hidupnya dan menguasai keputusan-keputusan terpenting di masyarakat itu.

Dalam kasus di AS kelas tersebut ialah para bankers di Wall Street dan di tanah air tercinta ialah kelompok 'aristokrasi' TNI-AD. Dalam perjalanan sejarah setiap sistem akan kolaps kalau kelas ini terbentuk. Kelas ini sangat korup dan sangat serakah.

Jaman edan ialah istilah kita.

Apakah sistem syariah adalah solusinya? The jury is still out karena sistem perbankan syariah masih belum mapan dari segi governance. Sudah lengkapkah sistem akuntansi perbankan syariah? Sudah mapankah yurisprudensi sistem ini? Apakah legal dispute telah dapat diselesaikan dengan memuaskan di pengadilan yang dipimpin oleh hakim yang berkompetensi dalam keuangan syariah? Apakah otoritas moneter sudah menguasai sistem perbankan syariah sama mendalamnya dengan sistem konvensional sehingga kebijakan moneternya sama efektif, atau lebih? Saya melihat jawaban-jawaban terhadap pertanyaan ini belum afirmatif.

Di mata saya produk-produk perbankan syariah lebih equity-like daripada debt-like sehingga tidak heran sistemnya lebih stabil karena tidak mudah overleveraged. Makin kecil tingkat leverage makin stabil sistem keuangannya. Dalam sistem konvensional hal yang sama dapat dicapai dengan dikembangkannya venture capital, private equity dan kegiatan direct investment lainnya. No rocket science here.

Saya belum tahu negara mana saja yang telah mengadopsi sistem ekonomi tanpa bunga yang telah mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi, tanpa sumber minyak bumi yang melimpah. Mohon pencerahannya.

-----

Artikel terkait:
Setelah Ngobrol dengan CFO Kaliber Dunia, Baru Saya Tahu Kenapa Terjadi Krisis Keuangan Global

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru di Blog Ini