02 Maret 2009

Masalah “Hit or Miss” dalam Pandangan Ekonomi Merupakan Hal yang Sangat Relatif

Oleh Krishna Amier Hamzah

Terlebih dahulu tentunya saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya pada kepedulian Pak Katua terhadap kondisi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat kita. Sumbangan yang sangat berarti pula bagi “intelectual exercise” kita.

Saya mungkin bukan orang yang pandai mengekspresikan pemikiran melalui tulisan, tapi saya coba untuk sedikit memberikan sumbangan.

Masalah “Hit or Miss” dalam pandangan ekonomi merupakan hal yang sangat relatif.

Economics is a study of human behavior. Ketepatan analisis kita tergantung pada kemampuan kita untuk memahami perilaku suatu kelompok masyarakat—yang menghasilkan asumsi-asumsi dasar—serta kekuatan metode analisis yang kita gunakan, seperti statistika dan ekonometrika.

Suatu prediksi bisa menjadi “hit” pada jangka pendek, tetapi “misses” (plural lho!) setelah beberapa lama. Inilah yang terjadi pada teori Keynes yang menyelamatkan perekonomian Eropa dari “great depression” dengan konsep campur tangan pemerintah, namun menimbulkan persoalan-persoalan yang rumit setelah perang dunia kedua.

Demikian pula suatu “miss” bisa menjadi “hits” (juga plural) setelah jangka waktu yang lebih panjang, dan inilah yang mengantarkan beberapa ekonom neo klasik mendapat hadiah nobel di awal tahun 80-an.

Demikian selalu terjadi berganti-gantian. Umumnya kesulitan kita dalam melakukan prediksi adalah menentukan seberapa besar “inersia” suatu kelompok masyarakat terhadap kebijakan (policy) dan gangguan (disturbance).

Mungkin (sekali lagi mungkin) ini pula sebabnya sebagian besar penerima hadiah nobel ekonomi berlatar belakang filsafat, matematika dan fisika sebelum mereka belajar ekonomi secara formal.

Economics is also a science of choice. Kekuasaan memilih ada di tangan pembuat kebijakan (pemerintah, yang dipilih berdasarkan proses politik) berdasarkan alternatif yang disodorkan oleh ekonom-ekonom “kepercayaan” penguasa.

Di Amerika, perdebatan calon presiden selalu diwarnai oleh pilihan-pilihan yang ditawarkan oleh kandidat berdasarkan konsultasi dengan tim ahli ekonominya… Di Indonesia? Wallahu a'lam bisshawab.

Hal lain yang menarik adalah bahwa sepanjang pengetahuan saya, belum ada ekonom Indonesia (yang paling kita kagumi sekalipun) yang berhasil memasukkan tulisannya di jurnal paling bergengsi, American Economic Review. Para ekonom di negara maju “berperang” di jurnal ilmiah sebelum mereka menjadi terkenal dan menulis di koran atau majalah, atau menjadi pejabat di Bank Sentral atau Bappenas.

Indonesia? Saya pribadi cukup kagum dengan kemampuan DR SRI MULYANI yang cukup konsisten dengan “ke-ekonom-an” nya. Tapi beliau bisa digantikan oleh seorang ”politikus”… bayangkan bahayanya keberanian “memilih” ini… di bidang perencanaan pula… Akibatnya kan baru terlihat setelah jangka waktu cukup panjang. Alhamdulillah deputinya mayoritas para Ph.D. yang alumni ITB pula… mudah-mudahan bisa mengimbangi dan meluruskan.. amin..

Sekali lagi apresiasi yang tinggi saya sampaikan pada Pak Katua dan teman-teman yang mau peduli dengan kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Semoga semakin hari kita semakin diberi kekuatan dan pencerahan dalam “memahami” perilaku dasar masyarakat kita, sehingga dapat menawarkan alternatif terbaik bagi pemerintah yang akan datang, dan kita akan merasa bangga bila salah satu atau salah banyak teman kita termasuk di dalam kabinetnya. Amin.

Artikel terkait:
My Hit and My Misses – Analisa saya di tahun 2008 yang betul dan yang salah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru di Blog Ini