09 April 2009

Mengenang Sekolah Kita

Oleh Husein Avicenna Akil

Pemilihan lokasi kampus Technische Hoogeschool (THS) yang terletak di daerah utara kota Bandung merupakan keputusan yang tepat karena udaranya yang sejuk dan sepi, sangat ideal untuk lingkungan tempat studi.

THS mulai dibangun secara bertahap pada tahun 1918-1935. Bangunan pertama yang dibangun adalah gedung Aula Barat (1920) karya arsitek Henri Maclaine Pont bergaya arsitektur Eropa yang mengacu kepada gaya arsitektur Vernakuler Jawa (perpaduan gaya antara arsitektur tradisional Nusantara dan keterampilan teknik konstruksi Barat) dengan gaya arsitektur atap rumah Batak dan sentuhan gaya arsitektur atap rumah Minangkabau. Berturut-turut kemudian dibangun antara lain: Departemen Teknik Sipil (1920), Gedung Fisika dan Teknik Fisika (1922), gedung Aula Timur (1924) gedung Teknik Lingkungan (1935) yang juga merupakan karya arsitek H. Maclaine Pont dengan gaya arsitektur yang sama.

Arsitektur bangunan ini merupakan contoh yang sangat baik dalam penerapan unsur lokal, baik gaya arsitektur maupun bahan material lokal yang dipadukan dengan gaya arsitektur dan konstruksi dari Barat (Eropa). Paduan ini menghasilkan satu bentuk gaya arsitektur vernakuler. H.P. Berlage (arsitek terkenal Belanda) memuji rancangan bangunan THS. Di tengah ragam bentuk bangunan dengan gaya arsitektur kolonial yang menjiplak bentuk arsitektur di Belanda yang sebenarnya kurang tepat jika diterapkan di alam tropis, kehadiran gedung THS diharapkan menjadi inspirasi bagi arsitek lain untuk lebih memperhatikan unsur lokal.

Gagasan untuk mendirikan Perguruan Tinggi Teknik muncul pada awal tahun 1917 dari sebuah yayasan swasta yang bernama Koninklijk Instituut voor Hoger Technisch Onderwijs in Ned.Indie yang diketuai C.J.K. van Aalst yang kemudian diganti oleh J.W. IJzerman, pegawai Staats Spoorwagen – SS (Jawatan Kereta Api). Pada tahun 1919 ditetapkan bahwa Perguruan Tinggi Teknik akan didirikan di Bandung dengan nama Technische Hoogeschool (THS). K.A.R. Bosscha sang Raja Teh Malabar adalah salah satu tokoh pendiri THS.

Pada tanggal 3 Juli 1920 Technische Hoogeschool (THS) yang merupakan perguruan tinggi teknik pertama tidak saja di Bandung tapi juga di Hindia Belanda, resmi dibuka. THS merupakan cikal bakal Institut Teknologi Bandung (ITB) sekarang. Pada tanggal 18 Oktober 1924, Koninklijk Instituut voor Hoger Technisch Onderwijs in Ned.Indie menyerahkan THS kepada pemerintah Hindia Belanda. Pertengahan tahun 1942 sebagian fungsi akademik THS dibuka kembali setelah beberapa bulan ditutup oleh pemerintahan Jepang dengan nama Institute of Tropical Sciences, dan pada 1 April 1944 THS kembali dibuka seperti semula dengan nama Bandung Kogyo-Daigaku.

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia , THS dibuka kembali dan dipindahkan ke Yogyakarta dengan nama Sekolah Tinggi Teknik (STT), tetapi kemudian ditutup pada bulan Desember 1948 akibat Aksi Militer II Belanda. Pada tanggal 21 Januari 1946 perguruan tinggi teknik didirikan kembali di Bandung yang merupakan fakultas teknik dalam Nood Universiteit di Jakarta yang kemudian berganti nama menjadi Universiteit van Indonesie (Universitas Indonesia sekarang).

Pada tanggal 2 Maret 1959 secara resmi didirikan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merupakan penggabungan Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia dengan tempat di kompleks THS Bandung. Kebutuhan ruang yang luas tanpa terhalang tiang penyangga merupakan masalah ketika merancang konstruksi bangunan Aula Barat THS karena pada saat itu belum dikenal konstruksi beton bertulang. Jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mengadopsi konstruksi karya Kolonel A. Emy anggota kesatuan Zeni tentara Perancis di Brogspanten (1830), yaitu konstruksi lapisan kayu yang dibuat melengkung dengan bantuan pembautan. Konstruksi ini dapat menghasilkan ruang yang luas tanpa terhalang oleh tiang-tiang penyangga.

Konstruksi susunan lapisan kayu dengan pembautan ini pernah dipasang di gudang pabrik gula Cilacap tetapi pada tahun 1930-an habis terbakar. Sekarang konstruksi macam ini mungkin hanya tinggal satu-satunya di Indonesia, yaitu di gedung Aula Barat dan Aula Timur ITB saja. Konstruksi bagian samping Gedung Aula Barat dan Aula Timur sempat digunakan di beberapa tempat di Bandung, antara lain pada koridor bangunan sekolah van der Capellen School yang terletak di Zeelandiastraat (Jl. Maulana Yusuf). Sayang gedung ini dirubuhkan tahun 1980-an untuk pembangunan rumah-rumah bertingkat.

Perkembangan logo sejak Techische Hoogeschool (THS) sampai Institut Teknologi Bandung (ITB):
  1. Logo Technische Hoogeschool (1920-1942)
  2. Logo Faculteit van Technische Wetenschap (1946-1952), sebagai sebuah fakultas dari Universiteit van Indonesie, cikal bakal Universitas Indonesia.
  3. Logo yang digunakan Fakultas Teknik Bandung sebagai salah satu fakultas di lingkungan Universitas Indonesia (1952-1959)
  4. Logo Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak 1959.
Tanggal 2 Maret 1959 Institut Teknologi Bandung diresmikan oleh Presiden Soekarno yang merupakan alumnus Technische Hoogeschool (THS). Peresmian ditandai dengan sebuah tugu prasasti yang terletak di selatan lapangan sepak bola. Pada tugu prasasti terukir piagam peresmian dan dilengkapi dengan patung dada Ir. Soekarno di puncaknya. Sekarang patung dada Ir. Soekarno tersimpan di Gedung Rektorat ITB Jl. Sulanjana. Lapangan bola ITB sekarang ini telah menjadi bangunan perkuliahan, laboratorium dan perkantoran.

Mahasiswa ITB tanggal 16 Januari 1978 mengeluarkan pernyataan bahwa dinamika politik di Indonesia tidak dapat tumbuh bila jabatan Presiden diduduki dua kali berturut-turut oleh orang yang sama. Dewan Mahasiswa (DM) mengeluarkan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978 yang kemudian dilarang beredar oleh pemerintah. Tanggal 28 Januari 1978 mahasiswa ITB menyatakan mogok kuliah dan bertahan di dalam kampus walaupun kampus telah dikepung rapat oleh tentara.

Tanggal 21 Februari 1978 radio perjuangan mahasiswa (Radio ITB 8 EH) disegel dan pemerintah membubarkan seluruh DM dan SM (Senat Mahasiswa) di Indonesia. Tanggal 9 Februari 1978 kampus ITB diduduki tentara yang baru pulang dari medan perang Timor Timur yang masih beringas dan memperlakukan mahasiswa secara kasar ketika mengusir mereka ke luar kampus tercintanya. Pihak Laksusda Jabar baru menyerahkan kembali kampus ITB kepada Rektorium ITB tanggal 25 Maret 1978.

Dr. Ir. IJzerman berjasa besar dalam pendirian THS, sehingga sebuah taman artistik tertata rapih yang dibangun (1919) di depan komplek THS diberi nama IJzerman Park (sekarang Taman Ganesha). Di pintu masuk utara taman didirikan patung dada Dr. Ir. IJzerman di atas tiang beton. Tahun 1950-an patung dada Dr. Ir. IJzerman masih berdiri megah. Tahun 1960-an patung Dr. Ir. IJzerman sudah diganti oleh patung Ganesha, dan sekarang yang terletak di sana adalah sebuah patung kontemporer dari baja tahan karat berbentuk rangka kubus. Sekarang patung dada Dr. Ir. IJzerman disimpan di gedung Rektorat ITB yang lama di Jl. Sulanjana bersama patung dada Ir. Soekarno (presiden pertama Indonesia) yang dipindahkan dari tiang beton prasasti peresmian ITB.

04 April 2009

Jam 12.00 pm Itu Sebenarnya Jam Berapa?

Oleh ITB77

Djasli Djamarus:
Saya bingung, jam 12.00 pm itu jam berapa ya (12 siang atau 12 malam)? Tolong deh siapa saja … kalau bisa berikut alasan/penjelasannya.

-----

Agus Purnomo:
12pm itu 12 noon alias 12 siang, 12am itu 12 midnight alias tengah malam. Alasannya saya nggak tahu, mungkin kebiasaan aja.

-----

Amrie Noor:
12 pm itu siang (pm itu puncak matahari), 12 am itu tengah malam (am itu alaaamak malam).

-----

Djasli Djamarus:
Terus terang aku pernah berurusan dengan 12.00 pm, dan yakin seyakin-yakinnya bahwa 12.00 pm itu adalah jam 12 MALAM! Beberapa orang teman yang kutanyai bilang, ya 12.00 pm adalah 12 MALAM (karena post meridiem?). Sekarang baru percaya bahwa 12.00 pm itu adalah (P)uncak (M)atahari – jembatan keledai yang bagus banget nih!

Ceriteranya begini:
Aku kan di Malaysia sering naik bus dari KL ke Kedah dengan jarak tempuh +/-6 jam. Busnya sebenarnya banyak dan beroperasi 24 jam sehari, tapi aku sering naik malem supaya sampai sana pagi, dan favoritku adalah MARA liner. Suatu kali aku beli tiket online, aku klik yang 12.00 pm, dan di otakku itu adalah jam 12 MIDNIGHT.

Jam 11.45 pm sampailah aku di PUDURAYA (salah satu terminal bus di KL), nyari busnya, dan lapor ke petugas mau naik bus. Wah ditolak euy …

"Tiket encik ini bukan untuk bus ini …" katanya.
"Loh gimana, ini kan berangkat jam 12.00 pm?"
"Jam 12.00 pm itu siang tadi …"

Karena merasa ngerti bahasa Inggris dan lawannya cuma sopir, ngototlah aku … tapi dia pun bersikeras … pokoknya gak bisa … putus asalah … awak!

Merasa gak ada guna ngotot lagi, maka aku menyerah, dan karena merasa sudah ngotot maka aku minta maaf, "Maaf, kalau gitu saya keliru …" dan BALIK KANAN, mau cari tiket yang lain atau tidur di terminal sampai pagi.

Tiba-tiba dipanggil sama sopirnya, aku datang lagi.

"Jadi encik mengaku salah?"
"Ya …" (mau ape lagi?)

"Kalau gitu encik boleh naik … kebetulan ada seat kosong."

Alhamdulillah … gak jadi tidur di terminal … berkat NGAKU SALAH!

Ini jadi lesson learned banget buat gue, semoga juga buat temen-temen.

Jangan ada yang salah lagi ya …

02 April 2009

Kadin ITB77 - Bukan April Mop

Oleh Amrie Noor

Tanggal 1 April banyak 'dirayakan' di negara-negara Barat sebagai April Mop atau April Fool's Day, di mana pada hari ini dianggap 'sah' untuk 'menyebar' berita aneh/ganjil sampai yang membahayakan publik, atau sekadar 'ngerjain' teman. Bagi yang terkena, setelah sadar bahwa itu hanya bagian dari canda April Mop, biasanya langsung mahfum dan ikut tertawa.

Untungnya kebiasaan yang gak ada guna ini tidak terlalu merasuk ke dalam budaya kita macam Halloween dan Valentine's Day, mungkin karena hampir setiap hari kita sudah disuguhi berita-berita yang ganjil, gak masuk akal, terkadang memalukan yang kita pikir pastilah bagian dari becandaan April Mop. Eh… ternyata beneran!

Hari ini saya secara serius ingin mengungkit kembali perihal rencana kerja sama antar-alumni ITB77 yang sementara diberi julukan Kadin ITB77. Idenya muncul setelah Reuni Akbar 30 Tahun ITB77 (tahun 2007 yang lalu) dan merupakan bagian dari program 'What Next'.

Visinya adalah menyediakan wahana dan sarana bagi "meeting of the needs" antara pelaku bisnis, pejabat pemerintah, wiraswasta dari kalangan alumni ITB77 yang kita tahu banyak beroperasi dalam bidang-bidang/lahan-lahan bisnis beraneka ragam serta ketersediaan tenaga ahli mumpuni yang menjadi pengajar, peneliti maupun sebagai praktisi.

Bayangkan, sambil tetap merujuk pada rambu-rambu TRANSPARENCY, PROFESIONALISME, ANTI KKN dan setia pada Keppres 80/2003 (aturan tender proyek APBN) jika sebuah proyek dari alumni ITB77 dimenangkan oleh beberapa perusahaan alumni ITB77 dan dikerjakan tepat waktu secara professional lalu bagian dari keuntungan disumbangkan ke Yayasan Bhakti Ganesha (YBG). Berapa ratus beasiswa yang akan mampu dikelola oleh YBG dengan dana tambahan ini? Ingat! ini bukan April Mop, lho…

Mungkin ada keraguan di kalangan teman-teman atas mutu dan rekam jejak perusahaan temannya. Masalah ini dapat difasilitasi oleh Kadin ITB77 dengan cara :

  • Setiap perusahaan membeberkan portolionya di website Kadin ITB77.
  • Perusahaan pengguna jasa merilis kebutuhannya secara mendetail termasuk sertifikasi yang dibutuhkan (if any).
  • Dan lain lain.
Menurut saya, networking kita bukan untuk ber-KKN-ria, tapi lebih pada usaha-usaha untuk memberi informasi terarah kepada teman-teman pelaku bisnis yang merupakan bagian dari jejaring alumni ITB77.

Sebagai contoh hipotetikal:

Seorang teman berhasil menciptakan sebuah produk unggul yang jika dipasarkan pada segmen pasar yang tepat, kemungkinan akan berhasil mengganti produk sejenis yang telah lebih dulu beredar.

Dia umumkan segala hal tentang produk ini di situs kita kecuali rahasia keunggulan produk tersebut. Maka Kadin ITB77 dapat membantu dengan membentuk suatu 'konsorsium' atau 'The Winning Team' yang terdiri dari: ahli finance yang punya jejaring ke aspek legal (patent) dan venture capital, ahli branding dan komunikasi pemasaran pascamodern, teman yang dapat membantu akses kredit ke bank, ahli distribusi, ahli perdagangan internasional dan business law dan lain-lain, dan lain-lain. Tentunya para ahli (individual atau perusahaan) harus juga memosting portofolionya di situs kita.

Sekarang ini kita kan hanya dengar-dengar si anu jago ini, si pulan direktur di sini, tapi info yang tercerai berai ini tidak dapat dileveraged seoptimal mungkin. Yang sudah terjadi adalah hubungan pertemanan bisnis secara P2P (person to person) dan B2B saja.

Seperti ketika perusahaan saya menang tender kecil di suatu departemen, saya dapat info bahwa rekan KAH adalah person yang sangat andal dalam mengelola proyek-proyek yang berhubungan dengan APBN, sehingga kami menjalin kerja sama untuk proyek tersebut. Keampuhannya bisa dilipatgandakan bila kita sepakat dengan peranan yang dapat dijalankan oleh Kadin ITB77.

Demikianlah memo internal ini sebagai bagian dari tanggung jawab saya atas permintaan Ketua Panitia Reuni Akbar yang lalu. Saya sering katakan padanya kekhawatiran saya bahwa "ketika sampai pada tahap implementasi, biasanya alumni ITB akan banyak diam dan saling menunggu."

Tapi kami bertekad untuk mencoba terus menggugah…

01 April 2009

Creative Intelligence

Oleh ITB77

Amrie Noor:

Kita tahu bahwa otak manusia terdiri dari dua bagian, yakni otak kanan dan otak kiri. Otak kanan adalah tempat keputusan-keputusan emosional, intuitif, divergent dan 'out of the box' lateral creativity diolah. Sedangkan otak kiri adalah pusat pengolahan rasional, methodical, convergent, modulus dan empiris.

Setiap manusia memiliki kemampuan dasar untuk menggunakan kedua sisi otaknya. Synapses-synapses mana yang lebih sering digunakanlah yang akan menentukan apakah seseorang tergolong 'manusia otak kiri' atau 'insan otak kanan'.

Pada waktu kita mengerjakan soal-soal Mekanika Teknik, pasti sistem saraf dan neuron di otak kiri kita bekerja keras mengirimkan sinyal-sinyal ke segala arah. Tapi ketika kita terinspirasi oleh kecantikan dan keindahan ragawi Ibu Rini yang mengawasi ujian tersebut, dan membuat kita ingin mencipta lagu pujaan baginya, berarti sistem otak kanan kita yang sibuk full speed.

Sayangnya sistem pendidikan kita yang masih 'menghafal' dan 'mengikuti pola baku yang ada', 'guru selalu benar' dan lain-lain, tidak banyak merangsang otak kanan untuk bekerja keras. Dari segi kuantitas sebenarnya kita tak kekurangan orang pintar, yang kurang adalah inovator.

Anak-anak muda sekarang kayaknya sudah mulai banyak yang dapat mendobrak 'kungkungan' rezim indoktrinasi otak kiri tersebut.

-----

Emil Soedarmo:

Saya setuju 100% dengan pendapat Amrie mengenai otak. Kebetulan saya pernah mengumpulkan literatur dan mempelajari human brain. Bukan dari perspektif kedokteran tapi dari human brain management. Dari situ saya berkesimpulan bahwa Allah memang maha besar, maha penyayang, telah menciptakan manusia demikian sempurna.

Saya sependapat dengan Amrie mengenai metode pendidikan kita yang tidak banyak melatih otak kanan bekerja. Izinkanlah saya berkomentar tentang inovasi dan memberikan sedikit masukan sehingga Amrie bisa menanggapi sesuai dengan kepakarannya. (Ini terkait dengan diskusi kita soal creative industry.)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Howard Gardner dari Institute of Personal Assessment, ada 8 jenis kecerdasan yang memengaruhi human capabilities (linguistic, musical, spatial, bodily, interpersonal, intrapersonal, logical, mathematical, dan natural).

Maka di-tes-lah student-studentnya untuk mengukur tiap kecerdasan tersebut. Ternyata Student IQ (kita definisikan sebagai general intelligence) 120 atau lebih tidak signifikan mengontribusikan kemampuan kreativitasnya, atau dengan kata lain test IQ saja tidak cukup untuk mengukur kemampuan kreativitas.

Mereka kemudian mengembangkan ukuran baru, namanya creative intelligence, yang didefinisikan sebagai a personality determines the drive needed to accomplish great things, terdiri dari 4 styles:

  • Intuitive (fokus ke result berdasarkan fakta masa lalu)
  • Innovative (fokus ke problem solving dengan dasar sistematik dan data)
  • Imaginative (fokus ke visualisasi peluang, artistik dsb)
  • Inspirational (fokus ke perubahan sosial)
Masing-masing style creative intelligence itu punya tokoh-tokohnya, seperti Jack Welch, CEO GE, paling intuitive; Thomas Alva edison, Albert Einstein innovative; bahkan Michael Angelo punya keempat creative intelligence tersebut.

Dari studi mereka disimpulkan bahwa ternyata motivasi adalah elemen penting yang dibutuhkan untuk mendukung keempat creative styles tersebut. (Mungkin waktu itu belum ada test EQ.)

Student yang kreatif lebih hebat karena tidak hanya berfokus pada jawaban masalah, tetapi juga kepada finding the right problems. (Apakah ini merupakan indikasi bahwa orang pintar belum tentu kreatif, tapi orang kreatif pasti pintar?)

Penelitian lain menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan kreatif lebih dari satu, tapi mungkin sulit menemukan dan mengasahnya, padahal perkembangan usia yang makin matang akan sejalan dengan perkembangan cognitive abilities sebagai bahan baku dan potensi berkembangnya creative intelligence.

Pembahasan saya mungkin terlalu teoretis, tapi untuk meyakinkan bahwa sumber energi utama untuk menjadi kreatif adalah motivasi, kedewasaan, serta wawasan yang luas dan bertumbuh karena lingkungan yang kondusif.

Pendapat Amrie benar bahwa sistem indoktrinasi dari guru atau apa pun yang sifatnya dipaksakan tidak akan menumbuhkan kreativitas. It is our challenge of the future to have a creative leaders… the critical resources needed to find answers for our nation problem.

Artikel Terbaru di Blog Ini