17 Februari 2009

The Greatest Gift of All

Oleh Amrie Noor

Di dunia tak ada yang mutlak. Semua serba relatif sesuai dengan teori Eyang Einstein. Menunggu kelahiran anak, waktu merambat bagai siput. Saat pacaran jarum jam melaju bergegas.

Kata bisa berubah makna. Ketika seorang jejaka mencuri cium pacarnya, sang gadis sambil memukul lembut dada si cowok berkata: "Ih... benci deh... sebel... sebel,” dengan rona muka merah bahagia.

SMS dengan bunyi berita sama, mengakibatkan reaksi jauh berbeda. Berita "I am pregnant" dari istri, diterima Joko sambil berteriak gembira. Sementara berita yang sama dari sang 'mistress' membuat Joko berkeringat dingin. "Mati aku...!" desahnya.

Main golf, kalah gopek ceng Anda bayar dengan senang hati, sebagai bagian dari ongkos memperluas jejaring. Memberi 2 lembar ribuan lusuh pada pengemis kecil yang kuyup kehujanan di perempatan Pondok Pinang, Anda menggerutu menyalahkan pemerintah yang alpa memenuhi janji kampanye "pro poor policy".

Untuk membeli tas kulit Birkin Hermes seharga USD 6,000 sampai sekarang Anda rela inden, sementara brosur Dompet Dhuafa tergeletak di meja dan belum sempat dibuka.

Apa yang kita cari? Bila tahu bahwa semuanya adalah relatif, kenapa kita masih bergegas tiap pagi menuju kubikel bernama kantor, menggeram melawan macet, memelototi pengendara motor dan mengulang rutinitas ini ketika pulang bakda Isya?

Apa yang kita cari, sahabat?

Saya ketemu banyak orang yang gamang. Ketika usia melewati 2/3 perjalanan hidup, kita mulai mencoba mengubah koordinat. Bahwa keluarga adalah 'Job No. 1', semua sepakat. Kesehatan mahal harganya, tak ada yang kontra. Berbuat baik dan respek pada sesama, juga dianjurkan Obama. Tapi ada satu kekuatan alami yang kita harus pelihara: daya guna persahabatan.

"True friendship is like sound health; the value of it is seldom known until it be lost." ~ Charles Caleb Colton

ITB 77 adalah angkatan paling kompak, katanya. Modal utama ini jangan tersia-sia. Persahabatan tak mutlak diukur dengan pencapaian materi. Perhatian, respek dan ‘genuine care’ sudah lebih dari cukup.

Apa yang harus Anda berikan ketika seorang sahabat yang telah punya segalanya berulang tahun? Dengan rumah bertingkat tiga neo klasik plus basement memuat 21 mobil Mercedes-Benz segala tipe di atas tanah seluas 5000m2 di area termahal Pondok Indah, benda apa yang dapat memuaskan hasratnya?

Ketika acara buka kado, bertumpuk hadiah peralatan golf termahal, jam tangan mewah, dasi-dasi segala merek. Hanya satu hadiah yang membuat dia dan istrinya menangis. Sebuah Al-Quran indah lengkap dengan terjemahannya.

Masihkah Anda meragukan bahwa segalanya di dunia ini sangat relatif?

Persahabatan memperkaya kehidupan. "Friends are the most important ingredient in this recipe of life." Dalam era 'cukup dua anak' dan biaya pendidikan lebih mahal dari biaya nikah, maka mitos 'banyak anak-banyak rejeki' selayaknya diubah menjadi 'banyak sahabat-banyak peluang'.

"Don't walk in front of me, I may not follow. Don't walk behind me, I may not lead. Walk beside me and be my friend." ~ Albert Camus

Saya suka bermain golf karena di lapangan golf persahabatan tercipta tanpa pretensi. Bisnis timbul sebagai 'by product'. Dan mengapa saya selalu 'confirm' setiap permintaan dari siapa pun juga untuk jadi 'Friends' di akun facebook saya? Karena pasti ada niat baik mereka untuk mau 'melamar' jadi teman saya. "Everyone is a friend, until they prove otherwise."

Tadi malam, ketika sudah sampai di rumah saya mendapat sms dari teman memberitakan bahwa anak lelaki pertama sahabat kami alumni ITB 73 telah meninggal dunia. Langsung saya berangkat, karena saya tidak bisa dan naudzubillahi mindzalik tidak sudi membayangkan betapa hancurnya hati seorang ayah yang harus menguburkan putra kesayangan yang wafat di usia 24 tahun. "Fathers are not supposed to bury their sons!!!"

Ketika memeluknya dan berbisik padanya, saya kehilangan kata-kata. Kata-kata kehilangan makna. Yang dapat saya lakukan hanya mencoba menyerap seluruh air matanya yang tumpah pada pundak, dengan harapan sepersekian kesedihannya dapat kita rasakan.

Ratusan teman tiba malam tadi. Dan ratusan teman ini kemudian pulang memeluk anak-anaknya tanpa perlu bicara. Malam itu saya beruntung menyaksikan kekuatan dan daya rengkuh persahabatan.

Mulai hari ini, mari kita perbanyak teman. Seorang bijak pernah berkata: "Strangers are just friends waiting to happen." Itulah sebabnya, ketika ikut turnamen golf, saya lebih suka berada dalam grup orang-orang yang belum saya kenal, karena ketika permainan selesai, persahabatan baru saja dimulai.

Dan persahabatan adalah hadiah terbesar sepanjang masa!

2 komentar:

  1. Salah satu artikel terbaik yang pernah saya baca di seluruh dunia.

    BalasHapus
  2. Amrie dan Rekans, saya akan menguatkan apa yang disampaikan Amrie, "persahabatan adalah hadiah terbesar sepanjang masa" dengan mengutip kalimat bijak dibawah ini:

    " Ketahuilah bahwa sesunggungnya hidup para manusia itu hanya satu (tunggal). Karena itu hidup rukunlah bersama-sama di dunia, jangan cekcok, bertengkar, bermusuhan dan berperang. Hindarilah semua perbuatan yang menyebabkan cekcok, atau meretakan kerukunan (persahabatan), misalnya dengki, irihati, jail, menyalahgunakan kepandaian, suka mengadu, membicarakan kejelekan orang lain, memfitnah, mematikan nafkah orang lain dan semua perbuatan yang digolongkan pembunuhan, itu semua bukan watak manusia sejati, tetapi watak setan yang akan membawa ke jurang kesengsaraan.Kalau kita mau introspeksi meneliti keburukan kita sendiri, maka pasti tidak akan ada waktu untuk melihat kejelekan tetanggamu, sebab kejelekan kita sendiri yang dihitung dengan cermat tidak tebilang banyaknya."

    " Engkau sekalian telah mengerti, bahwa perpecahan melemahkan kekuatan dan rukun membuat kita sentosa (rukun agawe santoso), tetapi mangapa masih ada saja manusia gemar bertengkar, hal ini karena masih telalu besar keinginannya kepada benda yang melebihi hidup sederhana yang layak, gemar sanjung puji dan kemasyhuran dll watak yang tidak terpuji"

    Salam,


    PS

    BalasHapus

Artikel Terbaru di Blog Ini