20 Februari 2009

Brand Ambassador dan Fasilitas ‘Pecat Teman’ di Facebook

Oleh Amrie Noor

Dalam dunia komunikasi pemasaran ada sebuah istilah yang disebut 'Brand Ambassador' (BA), yakni pengguna yang dalam tiap kesempatan akan mengibarkan 'manfaat' brand atau issue (causes) yang diyakininya.

Strategi pemasaran modern lebih berfokus pada usaha untuk 'merekrut' sebanyak-banyaknya para BA yang mewakili segmen/milieunya daripada menghabiskan budget iklan: bikin iklan TV yang bicara pada semua orang, atau poster-poster gombal yang ditempel di sembarang pohon.

Mengenai warning Hengki (Hati-hati untuk Konfirmasi 'Request for Friends'), ada benarnya juga. Tetapi, layaknya dalam 'real life', kontrol tetap di tangan kita. Bila teman baru kita ternyata 'proving that they are not worth being our friends', misalnya dengan mengganggu, memfitnah, berniat jahat, facebook menyediakan feature 'Remove from Friends' di kiri bawah profile orang tersebut. Anda klik, maka mereka tak dapat lagi mengakses profile kita karena telah kita 'pecat' sebagai teman.

Peristiwa ini terjadi padaku dua minggu yang lalu. Pada setiap page bila kita browsing dalam Group, facebook menyediakan space bagi para 'selebritis' dan produk untuk berpromosi. Ada pilihan 'Become a Fan' atau 'Become a Supporter' yang dapat kita klik. Kalau ente klik, infonya akan muncul di profile-mu dan ente akan menerima update dari mereka (News Update) yang muncul dan bisa di-akses dari halaman Home-mu.

Saat saya mengeklik Megan Fox, artis seksi yang main dalam Transformer, langsung berdatangan comments dari teman-teman, antara lain: “Pilihan bagus, mas!”, “Mrie, mata lo masih jeli aja...”, dan sebagainya. Komentar-komentar lucu ini terima aja dengan senang hati (ada aja orang yang iseng ngasih komen-komen, ya?).

Nah, suatu saat saya klik profil 'Mahmoud Ahmadinejad', sang pemimpin Iran, dengan pertimbangan bahwa dia berani 'stand up against America (Bush, Cheney, Rumsfeld)' dan bukan karena agamanya.

Esoknya saya terima kiriman foto tanpa judul, menampilkan mayat-mayat yang ditumpuk, sebagai komentar atas pilihanku menjadi 'supporter' Pak Mahmoud. Apakah mayat-mayat itu korban kebrutalan Iran di bawah Mr. Mahmoud, tak ada penjelasan. Yang mengirim adalah 'Teman'-ku, orang Irlandia yang 10 tahun lalu kerja di kantorku sebagai kolega dan Direktur Kreatif, lalu kembali ke Dublin setelah hanya bertahan satu tahun di Jakarta.

Tentu saya ingin further info, ya? Saya tulis (in English): Apakah ini korban kebrutalan Iran? Bisa gak kamu kirim foto-foto kebrutalan Israel di Gaza, korban pengeboman AS di Hiroshima dan Nagasaki, korban kekejaman Perancis di Algeria, sebagai pembanding? Dia jawab: "What do you know about Holocaust? US bombed H and N as retaliation to Japan's unprovoked attack of Pearl Harbour. Why do you always support some lunatic dictators?"

Busyyet. Gue nyolot duonk! Gue: "I know a lot about holocaust (pembunuhan sistematis terhadap 6 juta warga yahudi oleh Jerman pada PD II, yang hanya diketahui setelah perang usai berdasarkan sisa foto-foto dan bekas kamp konsentrasi, karena semua dokumen sempat dimusnahkan oleh begundal-begundal Hitler. Catatan: Jumlah korban dan eksistensi Holocaust dipertanyakan oleh Pak Mahmoud). It happened in discreet. Unlike Israel's continuous bombing of Gaza which is done in the open despite strong protest of UN. Why don't you condemn them also?"

Woitts. Dia jawab: "You are a racist like Mahmoud who wants to annihilate Israel and said that Holocaust was only a fabrication, and you said it publicly." Waduhhh, kacau neh, aku pikir. Nulisnya di Wall lagi. Lalu aku jawab: "You are wrong! As a citizen of the world, gue hanya berpihak pada orang-orang yang tertindas. Saat ini, rakyat Palestina sedang ditindas oleh Israel dan korban-korban berjatuhan tanpa pandang bulu, hanya karena mau dekat pemilu di sono, dan mereka berebut mencari simpati pemilih beraliran ultra kanan. Shame on you, Israel!"

Dia: "This conversation is over. Sejak dulu, di Indonesia gue merasa kalian adalah 'a bunch of racist', makanya gue gak betah!"

Aku: "Lo salah, gue kan jadi temen lo, dan sering ngajak lo dugem kalo lo kesepian."

Tak ada jawaban, dan 5 menit kemudian ketika gue mau remove dia dari Friends List, eh keduluan.

Jadi, memang harus hati-hati debat di Wall. Aku agak sedih sih kehilangan dia sebagai teman karena, walaupun dari dulu dia sering 'biased' seperti pandangan warga Barat yang kurang gaul, tetap aja dia adalah salah seorang pekerja kreatif yang andal.

Mudah-mudahan Wall gue gak dibaca Mossad ya?... Amit2 deh...

Artikel terkait:
Beberapa Warning kepada Pemakai Facebook - Mohon Hati-hati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru di Blog Ini