01 April 2009

Creative Intelligence

Oleh ITB77

Amrie Noor:

Kita tahu bahwa otak manusia terdiri dari dua bagian, yakni otak kanan dan otak kiri. Otak kanan adalah tempat keputusan-keputusan emosional, intuitif, divergent dan 'out of the box' lateral creativity diolah. Sedangkan otak kiri adalah pusat pengolahan rasional, methodical, convergent, modulus dan empiris.

Setiap manusia memiliki kemampuan dasar untuk menggunakan kedua sisi otaknya. Synapses-synapses mana yang lebih sering digunakanlah yang akan menentukan apakah seseorang tergolong 'manusia otak kiri' atau 'insan otak kanan'.

Pada waktu kita mengerjakan soal-soal Mekanika Teknik, pasti sistem saraf dan neuron di otak kiri kita bekerja keras mengirimkan sinyal-sinyal ke segala arah. Tapi ketika kita terinspirasi oleh kecantikan dan keindahan ragawi Ibu Rini yang mengawasi ujian tersebut, dan membuat kita ingin mencipta lagu pujaan baginya, berarti sistem otak kanan kita yang sibuk full speed.

Sayangnya sistem pendidikan kita yang masih 'menghafal' dan 'mengikuti pola baku yang ada', 'guru selalu benar' dan lain-lain, tidak banyak merangsang otak kanan untuk bekerja keras. Dari segi kuantitas sebenarnya kita tak kekurangan orang pintar, yang kurang adalah inovator.

Anak-anak muda sekarang kayaknya sudah mulai banyak yang dapat mendobrak 'kungkungan' rezim indoktrinasi otak kiri tersebut.

-----

Emil Soedarmo:

Saya setuju 100% dengan pendapat Amrie mengenai otak. Kebetulan saya pernah mengumpulkan literatur dan mempelajari human brain. Bukan dari perspektif kedokteran tapi dari human brain management. Dari situ saya berkesimpulan bahwa Allah memang maha besar, maha penyayang, telah menciptakan manusia demikian sempurna.

Saya sependapat dengan Amrie mengenai metode pendidikan kita yang tidak banyak melatih otak kanan bekerja. Izinkanlah saya berkomentar tentang inovasi dan memberikan sedikit masukan sehingga Amrie bisa menanggapi sesuai dengan kepakarannya. (Ini terkait dengan diskusi kita soal creative industry.)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Howard Gardner dari Institute of Personal Assessment, ada 8 jenis kecerdasan yang memengaruhi human capabilities (linguistic, musical, spatial, bodily, interpersonal, intrapersonal, logical, mathematical, dan natural).

Maka di-tes-lah student-studentnya untuk mengukur tiap kecerdasan tersebut. Ternyata Student IQ (kita definisikan sebagai general intelligence) 120 atau lebih tidak signifikan mengontribusikan kemampuan kreativitasnya, atau dengan kata lain test IQ saja tidak cukup untuk mengukur kemampuan kreativitas.

Mereka kemudian mengembangkan ukuran baru, namanya creative intelligence, yang didefinisikan sebagai a personality determines the drive needed to accomplish great things, terdiri dari 4 styles:

  • Intuitive (fokus ke result berdasarkan fakta masa lalu)
  • Innovative (fokus ke problem solving dengan dasar sistematik dan data)
  • Imaginative (fokus ke visualisasi peluang, artistik dsb)
  • Inspirational (fokus ke perubahan sosial)
Masing-masing style creative intelligence itu punya tokoh-tokohnya, seperti Jack Welch, CEO GE, paling intuitive; Thomas Alva edison, Albert Einstein innovative; bahkan Michael Angelo punya keempat creative intelligence tersebut.

Dari studi mereka disimpulkan bahwa ternyata motivasi adalah elemen penting yang dibutuhkan untuk mendukung keempat creative styles tersebut. (Mungkin waktu itu belum ada test EQ.)

Student yang kreatif lebih hebat karena tidak hanya berfokus pada jawaban masalah, tetapi juga kepada finding the right problems. (Apakah ini merupakan indikasi bahwa orang pintar belum tentu kreatif, tapi orang kreatif pasti pintar?)

Penelitian lain menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan kreatif lebih dari satu, tapi mungkin sulit menemukan dan mengasahnya, padahal perkembangan usia yang makin matang akan sejalan dengan perkembangan cognitive abilities sebagai bahan baku dan potensi berkembangnya creative intelligence.

Pembahasan saya mungkin terlalu teoretis, tapi untuk meyakinkan bahwa sumber energi utama untuk menjadi kreatif adalah motivasi, kedewasaan, serta wawasan yang luas dan bertumbuh karena lingkungan yang kondusif.

Pendapat Amrie benar bahwa sistem indoktrinasi dari guru atau apa pun yang sifatnya dipaksakan tidak akan menumbuhkan kreativitas. It is our challenge of the future to have a creative leaders… the critical resources needed to find answers for our nation problem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru di Blog Ini