Mengenang Sekolah Kita
Pemilihan lokasi kampus Technische Hoogeschool (THS) yang terletak di daerah utara kota Bandung merupakan keputusan yang tepat karena udaranya yang sejuk dan sepi, sangat ideal untuk lingkungan tempat studi.
THS mulai dibangun secara bertahap pada tahun 1918-1935. Bangunan pertama yang dibangun adalah gedung Aula Barat (1920) karya arsitek Henri Maclaine Pont bergaya arsitektur Eropa yang mengacu kepada gaya arsitektur Vernakuler Jawa (perpaduan gaya antara arsitektur tradisional Nusantara dan keterampilan teknik konstruksi Barat) dengan gaya arsitektur atap rumah Batak dan sentuhan gaya arsitektur atap rumah Minangkabau. Berturut-turut kemudian dibangun antara lain: Departemen Teknik Sipil (1920), Gedung Fisika dan Teknik Fisika (1922), gedung Aula Timur (1924) gedung Teknik Lingkungan (1935) yang juga merupakan karya arsitek H. Maclaine Pont dengan gaya arsitektur yang sama.
Arsitektur bangunan ini merupakan contoh yang sangat baik dalam penerapan unsur lokal, baik gaya arsitektur maupun bahan material lokal yang dipadukan dengan gaya arsitektur dan konstruksi dari Barat (Eropa). Paduan ini menghasilkan satu bentuk gaya arsitektur vernakuler. H.P. Berlage (arsitek terkenal Belanda) memuji rancangan bangunan THS. Di tengah ragam bentuk bangunan dengan gaya arsitektur kolonial yang menjiplak bentuk arsitektur di Belanda yang sebenarnya kurang tepat jika diterapkan di alam tropis, kehadiran gedung THS diharapkan menjadi inspirasi bagi arsitek lain untuk lebih memperhatikan unsur lokal.
Gagasan untuk mendirikan Perguruan Tinggi Teknik muncul pada awal tahun 1917 dari sebuah yayasan swasta yang bernama Koninklijk Instituut voor Hoger Technisch Onderwijs in Ned.Indie yang diketuai C.J.K. van Aalst yang kemudian diganti oleh J.W. IJzerman, pegawai Staats Spoorwagen – SS (Jawatan Kereta Api). Pada tahun 1919 ditetapkan bahwa Perguruan Tinggi Teknik akan didirikan di Bandung dengan nama Technische Hoogeschool (THS). K.A.R. Bosscha sang Raja Teh Malabar adalah salah satu tokoh pendiri THS.
Pada tanggal 3 Juli 1920 Technische Hoogeschool (THS) yang merupakan perguruan tinggi teknik pertama tidak saja di Bandung tapi juga di Hindia Belanda, resmi dibuka. THS merupakan cikal bakal Institut Teknologi Bandung (ITB) sekarang. Pada tanggal 18 Oktober 1924, Koninklijk Instituut voor Hoger Technisch Onderwijs in Ned.Indie menyerahkan THS kepada pemerintah Hindia Belanda. Pertengahan tahun 1942 sebagian fungsi akademik THS dibuka kembali setelah beberapa bulan ditutup oleh pemerintahan Jepang dengan nama Institute of Tropical Sciences, dan pada 1 April 1944 THS kembali dibuka seperti semula dengan nama Bandung Kogyo-Daigaku.
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia , THS dibuka kembali dan dipindahkan ke Yogyakarta dengan nama Sekolah Tinggi Teknik (STT), tetapi kemudian ditutup pada bulan Desember 1948 akibat Aksi Militer II Belanda. Pada tanggal 21 Januari 1946 perguruan tinggi teknik didirikan kembali di Bandung yang merupakan fakultas teknik dalam Nood Universiteit di Jakarta yang kemudian berganti nama menjadi Universiteit van Indonesie (Universitas Indonesia sekarang).
Pada tanggal 2 Maret 1959 secara resmi didirikan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merupakan penggabungan Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia dengan tempat di kompleks THS Bandung. Kebutuhan ruang yang luas tanpa terhalang tiang penyangga merupakan masalah ketika merancang konstruksi bangunan Aula Barat THS karena pada saat itu belum dikenal konstruksi beton bertulang. Jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mengadopsi konstruksi karya Kolonel A. Emy anggota kesatuan Zeni tentara Perancis di Brogspanten (1830), yaitu konstruksi lapisan kayu yang dibuat melengkung dengan bantuan pembautan. Konstruksi ini dapat menghasilkan ruang yang luas tanpa terhalang oleh tiang-tiang penyangga.
Konstruksi susunan lapisan kayu dengan pembautan ini pernah dipasang di gudang pabrik gula Cilacap tetapi pada tahun 1930-an habis terbakar. Sekarang konstruksi macam ini mungkin hanya tinggal satu-satunya di Indonesia, yaitu di gedung Aula Barat dan Aula Timur ITB saja. Konstruksi bagian samping Gedung Aula Barat dan Aula Timur sempat digunakan di beberapa tempat di Bandung, antara lain pada koridor bangunan sekolah van der Capellen School yang terletak di Zeelandiastraat (Jl. Maulana Yusuf). Sayang gedung ini dirubuhkan tahun 1980-an untuk pembangunan rumah-rumah bertingkat.
Perkembangan logo sejak Techische Hoogeschool (THS) sampai Institut Teknologi Bandung (ITB):
- Logo Technische Hoogeschool (1920-1942)
- Logo Faculteit van Technische Wetenschap (1946-1952), sebagai sebuah fakultas dari Universiteit van Indonesie, cikal bakal Universitas Indonesia.
- Logo yang digunakan Fakultas Teknik Bandung sebagai salah satu fakultas di lingkungan Universitas Indonesia (1952-1959)
- Logo Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak 1959.
Mahasiswa ITB tanggal 16 Januari 1978 mengeluarkan pernyataan bahwa dinamika politik di Indonesia tidak dapat tumbuh bila jabatan Presiden diduduki dua kali berturut-turut oleh orang yang sama. Dewan Mahasiswa (DM) mengeluarkan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978 yang kemudian dilarang beredar oleh pemerintah. Tanggal 28 Januari 1978 mahasiswa ITB menyatakan mogok kuliah dan bertahan di dalam kampus walaupun kampus telah dikepung rapat oleh tentara.
Tanggal 21 Februari 1978 radio perjuangan mahasiswa (Radio ITB 8 EH) disegel dan pemerintah membubarkan seluruh DM dan SM (Senat Mahasiswa) di Indonesia. Tanggal 9 Februari 1978 kampus ITB diduduki tentara yang baru pulang dari medan perang Timor Timur yang masih beringas dan memperlakukan mahasiswa secara kasar ketika mengusir mereka ke luar kampus tercintanya. Pihak Laksusda Jabar baru menyerahkan kembali kampus ITB kepada Rektorium ITB tanggal 25 Maret 1978.
Dr. Ir. IJzerman berjasa besar dalam pendirian THS, sehingga sebuah taman artistik tertata rapih yang dibangun (1919) di depan komplek THS diberi nama IJzerman Park (sekarang Taman Ganesha). Di pintu masuk utara taman didirikan patung dada Dr. Ir. IJzerman di atas tiang beton. Tahun 1950-an patung dada Dr. Ir. IJzerman masih berdiri megah. Tahun 1960-an patung Dr. Ir. IJzerman sudah diganti oleh patung Ganesha, dan sekarang yang terletak di sana adalah sebuah patung kontemporer dari baja tahan karat berbentuk rangka kubus. Sekarang patung dada Dr. Ir. IJzerman disimpan di gedung Rektorat ITB yang lama di Jl. Sulanjana bersama patung dada Ir. Soekarno (presiden pertama Indonesia) yang dipindahkan dari tiang beton prasasti peresmian ITB.