22 September 2007

Filosofi Pendidikan

Oleh Donaldy Sianipar

Apa bedanya siswa dan mahasiswa? Siswa diajar oleh guru sedangkan mahasiswa diajar oleh dosen.

Apa bedanya guru dan dosen? Guru lulusan IKIP sedangkan dosen bukan lulusan IKIP (kecuali dosen IKIP tentunya).

Apa bedanya IKIP dan yang bukan IKIP? IKIP menekankan pendidikan (secara keseluruhan) sedangkan yang bukan IKIP menekankan pengajaran (saja).

Apa bedanya pendidikan dan pengajaran? Pendidikan mencakup pengajaran dan pembinaan peserta didik (dan lain-lain lagi).

Seorang pengajar (dosen), hanya bertanggung jawab untuk mentransfer ilmu, keterampilan, dan lain-lain kepada murid-muridnya (mahasiswa). Sedangkan seorang pendidik (guru) juga bertanggung jawab untuk membina dan memotivasi murid-muridnya (siswa) agar menjadi rajin belajar, dan lain-lain.

Kalau seorang pengajar (dosen) juga ikut membina dan memotivasi murid-muridnya (mahasiswa) maka dia sudah melakukan "beyond the call of duty", "doing more than expected" (which is really very good, nothing wrong with it, and I have nothing against it. In fact, I fully support it and have even been doing exactly that myself for almost 20 years as a "dosen", you know).

Sehingga dalam kurikulum IKIP banyak kuliah-kuliah pedagogi (metodologi / cara mengajar yang baik dsb), psikologi (cara memotivasi dsb), dan lain-lain yang tidak diajarkan di ITB atau perguruan tinggi lain yang bukan IKIP.

Dengan demikian tanggung jawab utama seorang dosen adalah menyampaikan "subject matter" yang harus betul-betul dikuasainya (dosen harus betul-betul pintar dalam cabang ilmu yang diajarnya, sedangkan guru tidak harus demikian, asalkan pintar dalam metode mengajar, membina, dan memotivasi kerajinan siswa-siswanya).

Kalau ada mahasiswa yang malas (walaupun sebenarnya cukup pintar), maka konsekuensi tidak lulus adalah sepenuhnya tanggung jawab si mahasiswa itu sendiri, bukan tanggung jawab dosen untuk membuat mahasiswa itu menjadi murid yang rajin dan termotivasi untuk belajar.

Sedangkan kalau ada siswa yang malas, maka konsekuensi tidak lulus adalah juga tanggung jawab guru selain siswa itu sendiri, karena tetaplah guru bertanggung jawab juga untuk membuat siswa itu menjadi murid yang rajin dan termotivasi untuk belajar.

Siswa dianggap masih anak-anak, sedangkan mahasiswa dianggap sudah dewasa dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Makanya perlu ada perpeloncoan (pembinaan mental) sebagai crash program dan shock therapy untuk membuat calon-calon mahasiswa yang belum dewasa menjadi cukup dewasa dalam waktu relatif cepat (dan sesungguhnyalah perpeloncoan tidak diperlukan di tingkat SMA / SMP kecuali untuk lucu-lucuan saja).

That is, ladies and gentlemen, the very fundamental essence of the philosophy of education.

Artikel Terbaru di Blog Ini